Blog Dwi
Wednesday, August 4, 2010
|
/rif / thejeo.blogspot.com |
Empat tahun berselang setelah terakhir kali merilis album pada 2006, kini grup rock asal Bandung /rif kembali meluncurkan album, dengan kembali ke cara penggarapan album-album mereka sebelum Pil Malu.
Diakui oleh Andi (vokal), Jikun (gitar), Ovy (gitar), Magi (drum), dan Tedy (additional player, bas), empat tahun merupakan waktu yang lama bagi /rif untuk bisa rekaman lagi. "Album terakhir kami itu 2006, Pil Malu, dan jeda empat tahun itu kami menyebutnya masa kejenuhan dan masing-masing personel memilih mengerjakan proyek sendiri-sendiri," jelas Andi dalam acara peluncuran album 7 /rif, di Hard Rock Cafe Jakarta, Rabu (4/8/2010).
Akhirnya, ketika kejenuhan itu usai, para personel /rif memutuskan untuk kembali studio rekaman. "Akhirnya tahun 2010 kami pikir ini saat yang cocok untuk merilis album kembali dengan semangat baru," kata Andi.
Menggarap album 7, Magi mengaku tidak ingin membuat kesalahan yang sama ketika /rif membuat album Pil Malu, yang nyatanya kurang diterima oleh para penggemar /rif, yang disebut Rakyat /rif. "Empat tahun terakhir ini, setelah album Pil Malu, kami lebih bereksperimen dan ada yang bilang album ini terlalu berat. Dari fans tuntut kami kembali bikin album seperti album Radja lagi. Ya sudah, akhirnya kami kembali ke akar rumput," tutur adik kandung Andi tersebut.
Maksud Magi, untuk album 7 /rif kembali ke cara penggarapan album-album sebelum Pil Malu. "Kalau dulu di Pil Malu saya lebih banyak di belakang komputer, alhamdulillah di album 7 ini kami jadi lebih sering ngejam lagi dan sekarang kami lebih pengin ingar bingar," ucap Magi. "Ya, ternyata bereksperimen dengan komputer itu cuma memuaskan kami saja, tidak untuk penggemar /rif," timpal Andi.
Karena band yang lahir pada 1996 itu kembali ke cara lama, penggarapan 7 dijamin berbeda dengan pengerjaan Pil Malu. "Album ini sangat berbeda dibanding album sebelumnya. Semua lagu dimulai dari Andi. Lalu saya sama Jikun datang ke Jakarta, kami atur waktu, lalu latihan. Jadi, pengerjaannya satu per satu (lagu). Tapi, di situ kami jadi ketemu lebih sering. Tidak seperti dulu, tinggal nunggu lagu yang sudah jadi. Jadi, dari awal kami 'perkosa' bareng-bareng," jabar Ovy dengan tak lupa membubuhkan canda.
Proses itu menghasilkan tujuh lagu baru plus satu lagu lama dengan racikan baru. "Fight" dipilih menjadi singleperdana album tersebut. "Lagu ini sudah cukup lama, sudah dua tahun yang lalu, kami sering bawakan setiap kami manggung dan TV ternyata mau menerima," kata Andi lagi.
"Fight", dengan musik penuh distorsi, menyuguhkan pesan sosial lewat liriknya, sebagaimana banyak lagu /rif. "Yang ingin disampaikan dari lagu 'Fight' ini adalah pesan yang dalam yaitu setiap orang keluar rumah sudah siap perang dan bertahan hidup. Dengan musik yang kencang dan simple, ini akan bikin orang semangat dan terinspirasi," terang Andi.
"Fight" dicipta tidak hanya untuk menginspirasi para pendengarnya, tapi sekaligus menjadi cermin kedewasaan para personel /rif. "Betul, sekarang usia kami lagi usia emas. Itulah musik. Kalau dibilang, wise. Tidak seheboh lirik yang dulu-dulu. Saya tidak mengerti kenapa seperti ini. Yang saya tuangkan dalam tulisan, apa yang ada di kepala, jadilah sebuah lagu," ungkap Andi.
Untuk masa mendatang, ada harapan yang ingin diwujudkan oleh /rif. "Ada satu keinginan kami bahwa kami adalah band rock yang luar biasa, bahwa di tengah band pop kami tetap mengeluarkan musik rock. Mudah-mudahan ini menjadi warna lain dalam musik Indonesia, karena, kalau takut, jangan jadi rocker," ujar Andi. (FAN)
kompas.com