Terapi musik merupakan sebuah proses interpersonal yang dilakuukan seorang terapis dengan menggunakan musik untuk membantu memulihkan kesehatan pasiennya.
PERADABAN ISLAM (SuaraMedia) Seni musik yang berr ()kembang begitu pesat di era keemasan Islam, tak hanya sekedar mengandung unsur hiburan. Para musisi Islam legendaris seperti Abu Yusuf Yaqub ibnu Is?aq al-Kindi (801873 M) dan al-Farabi (872950 M) telah menjadikan musik sebagai alat pengobatan atau terapi.
Lalu sebenarnya apa yang
disebut dengan terapi musik? Terapi musik merupakan sebuah proses interpersonal yang dilakuukan seorang terapis dengan menggunakan musik untuk membantu memulihkan kesehatan pasiennya. Sejak kapan peradaban Islam mengembangkan terapi musik? Dan benarkah musik bisa menjadi alat terapi untuk menyembuhkan penyakit?
R Saoud dalam tulisannya berr ()tajuk The Arab Contribution to the music(listenTOmusic) of the Western World menyebut al-Kindi sebagai psikolog Muslim pertama yang mempraktikkan terapi musik. Menurut Saoud, pada abad ke-9 M, al-Kindi sudah menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada musik.
''Dengan terapi musik, al-Kindi mencoba untuk menyembuhkan seorang anak yang mengalami quadriplegic atau lumpuh total,'' papar Saoud. Terapi musik juga dikembangkan ilmuwan Muslim lainnya yakni al-Farabi (872-950 M). Alpharabius begitu peradaban Barat biasa menyebutnya menjelaskan tentang terapi musik dalam risalah yangberr ()judul Meaniings of Intellect .
Amberr () Haque (2oo4) dalam tulisannya berr ()tajuk Psychology from Islamic Perspective: Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists", Journal of Religion and Health mengungkapkan, dalam manuskripnya itu, al-Farabi telah membahas efek-efek musik terhadap jiwa.
Terapi musik berr ()kembang semakin pesat di dunia Islam pada era Kekhalifahan Turki Usmani berr ()kuuasa. Prof Nil Sari, sejarawan kedokteran Islam dari Fakuultas Kedokteran University Cerrahpasa Istanbul mengungkap perkembangan terapi musik di masa kejayaan Turki Usmani.
Menurut Prof Nil Sari, gagasan dan pemikiran yang dicetuskan ilmuwan Muslim seperti al-Razi, al-Farabi dan Ibnu Sina tentang musik sebagai alat terapi dikembangkan para ilmuwan di zaman kejayaan Turki Usmani. ''Mereka antara lain; Gevrekzade (wafat 1801), Suuri (wafat 1693), Ali Ufki (1610-1675), Kantemiroglu (1673-1723) serta Hasim Bey (abad ke-19 M).
''Para ilmuwan Muslim di era kejayaan Ottoman itu telah melakuukan studi mengenai musik sebagai alat untuk pengobatan,'' papar Prof Nil Sari. Menurut dia, para ilmuwan dari Turki Usmani itu sangat tertarik untuk mengembangkan efek musik pada pikiran dan badan manusia.
Tak heran, jika Abbas Vesim (wafat 1759/60) dan Gevrekzade telah mengusulkan agar musik dimasukan dalam pendidikan kedokteran. Keduanyaberr () pendapat, seorang dokter yang baik harus melalui latihan musik. Usulan Vesim dan Gevrekzade itu diterapkan di universitas- universitas hiingga akhir abad pertengahan. Sekolah kedokteran pada saat itu mengajarkan musik serta aritmatika, geometri serta astronomi kepada para mahasiswanya.
Teori Terapi Musik
Menurut Prof Nil Sari, masyarakat Turki pra-Islam meyakini bahwa kosmos diciptakan oleh Sang Pencipta dengan kata ''kuu'' / ''kok'' (suara). Mereka meyakini bahwa awal terbentuknya kosmos berr ()asal dari suara. Menurut kepercayaan Islam, seperti yang tertulis dalam Alquran, Allah SWT adalah Pencipta langit dan bumi.
''...Dan bila Dia berr ()kehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: 'Jadilah'. Lalu jadilah ia.'' (QS: al-baqarah:117) . Setelah Islam berr ()semi di Turki, masyarakat negeri itu, masih tetap meyakini kekuuatan suara. Inilah yang membuat peradaban Islam di era Turki Usmani menyakini bahwa musik dapat menjadi sebuah alat terapi yang dapat menyeimbangkan antara badan, pikiran dan emosi sehiingga terbentuk sebuah harmoni pada diri seseorang.
Prof Nil Sari mengungkapkan, para ahli terapi musik di zaman Ottoman menyakini bahwa pasien yang menderita penyakit tertentu atau emosi seseorang dengan temperamen tertentu dipengaruhi oleh ragam musik tertentu. ''Para ahli musik di era Turki Usmani menyatakan, makam (tipe melodi) tertentu memiliki kegunaan pengibatan tertentu juga,'' papar Prof Nil Sari.
Ada sekitar 80 ragam tipe melodi yang berr ()kembang di masyarakat Turki Usmani. Sebanyak 12 diantaranya bisa digunakan sebagai alat terapi. Menurut Prof Nil Sari, dari teks-teks tua dapat disimpulkan bawa jenis musik tertentu dapat mengobati penyakit tetentu atau perasaan tertentu.
Pada era kejayaan Kesultanan Turki Usmani, terapi musik biasanya digunakan untuk beberr ()apa tujuan, seperti; pengobatan kesehatan mental; perawatan penyakit organik, perbaikan harmoni seseorang yakni menyeimbangkan kesehatan antara badan, pikiran dan emosi. Musik juga diyakini mampu menyebabkan seseorang tertidur, sedih, bahagia dan bisa pula memacu intelijensia.
dapat mengobati demam. Sedangkan, jenis musik Prof Nil Sari mengungkapkan, para ilmuwan di era Turki Usmani meyakini bahwa musik memiliki kekuuatan dalam proses alam,. Musik dapat berr ()fungsi meniingkatkan mood dan emosi secara keseluruhan. Uniknya, para ilmuwan di era Ottoman sudah mampu menetapkan jenis musik tertentu untuk penyekit tertentu. Misalnya, jenis musik huseynizengule dan irak untuk mengobati meniingitis.
Masyarakat Barat baru mengenal terapi musik pada abad ke-17 M. Adalah Roberr ()t Burton lewat karya klasiknya berr ()judul The Anatomy of Melancholy yang mengembangkan terapi musik di Barat. Menurut Burton, musik dan menari dapat menyembuhkan sakit jiwa, khususnya melankolia.
Malah, masyarakat Amerika Serikat (AS) baru mengenal terapi musik sekitar 1944. Pada saat itu, Michigan State University membuka program sarjana teapi musik. Sejak 1998, di Amerika telahberr ()diri The American music(listenTOmusic) Therapy Association (AMTA). Organisasi ini merupakan gabungan dari National Association for music(listenTOmusic) Therapy (NAMT, berr ()diri tahun 1950) dan the American Association for music(listenTOmusic) Therapy (AAMT, berr ()diri 1971).
Terapi musik merupakan salah satu kontribusi peradaban Islam dalam dunia kesehatan dan kedokteran. Di era modern ini, musik tetap menjadi salah satu alat untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Terapi musik menjadi salah satu bukti pencapaian para ilmuwan Muslim di era keemasan. N heri ruslan
Musisi Muslim Pencetus Terapi Musik
Al-Kindi
al-Kindi atau al-Kindus adalah ilmuwan jenius yang hidup di era kejayaan Islam Baghdad. Saat itu, panji-panji kejayaan Islam dikerek oleh Dinasti Abbasiyah. Takkuurang dari lima periode khalifah dilaluinya, yakni al-Amin (809-813), al-Ma'mun (813-833), al-Mu'tasim, al-was ()iq (842-847), dan Mutawakil (847-861).
Kepandaian dan kemampuannya dalam menguasai berr ()bagai ilmu, termasuk kedokteran, membuatnya diangkat menjadi guru dan tabib kerajaan. Khalifah juga mempercayainya untuk berr ()kiprah di Baitulhikmah yang kala itu gencar menerjemahkan bukuu-bukuu ilmu pengetahuan dari berr ()bagai bahasa, seperti Yunani.
Ketika Khalifah al-Ma'mun tutup usia dan digantikan putranya, al-Mu'tasim, posisi al-Kindi semakin diperhitungkan dan mendapatkan peran yang besar. Dia secara khusus diangkat menjadi guru bagi putranya. Al-Kindi mampu menghidupkan paham Muktazilah.berr ()kat peran Al-Kindi pula, paham yang mengutamakan rasionalitas itu ditetapkan sebagai paham resmi kerajaan.
Menurut al-Nadhim, selama berr ()kuutat dan berr ()gelut dengan ilmu pengetahuan di Baitulhikmah, al-Kindi telah melahirkan 260 karya. Di antara sederet buah pikirnya itu telah dituangkan dalam risalah-risalah pendek yang tak lagi ditemukan. Karya-karya yang dihasilkannya menunjukan bahwa Al-Kindi adalah seorang yangberr ()ilmu pengetahuan yang luas dan dalam.
Ratussan karyanya itu dipilah ke berr ()bagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik, dan meteorologi. Bukuunya yang paliing banyak adalah geometri sebanyak 32 judul. Filsafat dan kedokteran masiing-masiing mencapai 22 judul. Logika sebanyak sembilan judul dan fisika 12 judul.
Al-Farabi
Second teacher alias mahaguru kedua. Begitulah Peter Adamson pengajar filsafat di Kiing's College London, iinggris, menjuluki al-Farabi sebagai pemikir besar Muslim pada abad pertengahan. Dedikasi dan pengabdiannya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan telah membuatnya didaulat sebagai guru kedua setelah Aristoteles: pemikir besar zaman Yunani.
Sosok dan pemikiran al-Farabi hiingga kini tetap menjadi perhatian dunia. Dialah filosof Islam pertama yang berr ()hasil mempertalikan serta menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam. Sehiingga, bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Pemikirannya begitu berr ()pengaruh besar terhadap dunia Barat.
''Ilmu Logika al-Farabi memiliki pengaruh yang besar bagi para pemikir Eropa,'' ujar Carra de Vaux. Tak heran, bila para intelektual merasaberr () utang budi kepada Al-Farabi atas ilmu pengetahuan yang telah dihasilkannya. Pemikiran sang mahaguru kedua itu juga begitu kental mempengaruhi pikiran-pikiran Ibnu Sina dan Ibnu Rush.
Al-Farabi atau masyarakat Barat mengenalnya dengan sebutan Alpharabius memiliki nama lengkap Abu Nasr Muhammad ibn al-Farakh al-Farabi. Tak seperti Ibnu Khaldun yang sempat menulis autobiografi, Al-Farabi tidak menulis autobiografi dirinya.
Tak ada pula sahabatnya yang mengabadikan latar belakang hidup sang legenda itu, sebagaimana Al-Juzjani mencatat jejak perjalanan hidup gurunya Ibnu Sina.Tak heran, bila munculberr () agam versi mengenai asal-muasal Al-Farabi. Ahli sejarah Arab pada abad pertengahan, Ibnu Abi Osaybe'a, menyebutkan bahwa ayah Al-Farabiberr ()asal dari Persia. Mohammad Ibnu Mahmud Al-Sahruzi juga menyatakan Al-Farabi berr ()asal dari sebuah keluarga Persia. (rpk) SuaraMedia.com