TOKYO - Ingin menikah tapi kesulitan mencari jodoh? Atau sudah punya pasangan, tapi kesulitan menghadapi calon mertua yang galak? Datang saja ke "sekolah perjodohan" di Jepang, Sekolah Infini. Di sekolah yang terletak di Tokyo ini, para siswa, baik itu pria maupun wanita, diajarkan bagaimana menyiapkan rencana menuju perkawinan.
Meski baru setahun berdiri, sekolah ini dibanjiri banyak siswa, sementara bangku yang disediakan hanya 30 perterm. Para siswa diajarkan bagaimana caraberbicara, bersikap, dan membawa diri mereka secara elegan. Tujuannya bukan saja untuk memperoleh simpati dari pasangannya, tapi juga dari orang tua calon pasangan.
Di Jepang, terjadi perubahan cara pandang terhadap pernikahan; lembaga ini tak menarik lagi bagi muda-mudi negara itu. Menurut data statistik pemerintah, dua per tiga perempuan di bawah usia 34 tahun masih belum menikah. Padahal saat ini di Jepang terdapat kurang lebih 3.800 perusahaan pencari jodoh.
"Sebelumnya, orang mudah untuk menikah karena banyak dukungan dari keluarga dan lingkungan, yang secara tidak langsung memaksa mereka untuk menikah. Tapi saat ini, orang cenderung mempunyai terlalu banyak pilihan dan tidak bisa menentukan pilihannya," ujar Etsuko Satake, Kepala Sekolah Infini.
Di Infini, Instruktur memberikan kritik terhadap penampilan para murid. Apakah itu cara berpakaian, postur, bahkan hal-hal kecil seperti bagaimana mereka menyilangkan kakinya, atau bahkan bagaimana mereka keluar dari mobil. Perempuan dan laki-laki diajarkan materi yang berbeda. Dari bagaimana menata meja dengan baik sampai cara menunjukkan emosi secara lebih ekspresif. Selain itu, dalam simulasi kencan, para instruktur menilai bagaimana penampilan mereka dan menunjukkan apa yang salah.
Sekolah tersebut mematok biaya sekitar 200 ribu yen atau sekitar 2.217 dolar AS untuk akses kelas tak terbatas. "Saya mencari seorang pria yang menghasilkan lebih dari 10 juta yen per tahun, bukan memintaku untuk hidup dengan orang tuanya dan merawatku dengan baik," ujar Mei Oda, salah seorang karyawan kontak yang merupakan siswi di Infini.
Seorang pengamat mengatakan, dengan posisi ekonomi Jepang dalam kondisi reses, banyak wanita yang menginginkan perkawinan dan stabilitas ekonomi yang mungkin terjadi. Dan secara lebih aktif mencari pasangan melalui biro-biro perjodohan. n c13
republika.co.id